Jagalah Lisan

Menjaga ucapan dilakukan dengan tidak mengeluarkan perkataan sia-sia, yaitu tidak berbicara tentang perkara yang tidak bermanfaat.

Jika kamu mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati, maka lihatlah apa yang dikatakan..

Lisan menunjukan apa yang terdapat di dalam hati, baik pemiliknya suka atau tidak.

Nabi SAW bersabda:
“Tidaklah lurus keimanan seorang hamba hingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya hingga lurus lisannya.” (HR. Ahmad, Ibnu Dunya)

Nabi SAW pernah ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukan manusia ke Neraka, lalu beliau menjawab: “MULUT dan KEMALUAN.”

Mu’adz r.a. bertanya kepada Nabi SAW:
“Apakah kita mendapat hukuman disebabkan apa yang kita ucapkan?”

Nabi SAW bersabda:
“Semoga ibumu kehilanganmu (kamu mati syahid), wahai Mu’adz. Bukankah yang menelungkupkan manusia di atas wajah-wajah atau hidung mereka (di Neraka) adalah karena perbuatan lisan-lisan mereka?” (HR. Tirmidzi no. 2616)

Berapa banyak kamu melihat seseorang mencela kehormatan orang-orang yang sudah mati ataupun yang masih hidup, tanpa sedikitpun peduli terhadap apa yang dikatakannya.

Nabi saw bersabda:
“Seseorang berkata: ‘Demi Allah, Fulan tidak akan diampuni oleh Allah’. maka Allah berseru: ‘Siapakah yang lancang bersumpah atas-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni Fulan? Sungguh, Aku telah mengampuninya dan telah Kuhapuskan seluruh amalanmu…'” (Shahih Muslim no. 2621)

Begitulah kondisi ahli ibadah tersebut Padahal, dia telah beribadah kepada Allah selama yang dikehendaki-Nya. Meskipun demikian, hanya dengan satu kalimat itu saja terhapuslah seluruh amal perbuatannya.

Nabi saw bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan kalimat (yang mendatangkan) keridhaan Allah tanpa ambil peduli, maka dengan kalimat tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat. Demikian pula sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan kalimat (yang mendatangkan) kemurkaan Allah tanpa ambil peduli, maka dengan kalimat tersebut ia terjatuh ke dalam Neraka Jahannam.” (HR. Ahmad no. 8275, Abu Daud no.4901)

berkata Abu Hurairah r.a.:
“Dia telah mengucapkan satu kalimat yang membinasakan dunia dan akhiratnya.” terdapat hadits yang serupa dengan yang diatas Nabi saw bersabda:

“Sesungguhnya salah seorang dari kalian benar-benar berbicara dengan kalimat (yang mendatangkan) keridhaan Allah, tanpa menyangka apa yang dicapai oleh kalimat itu, sehingga Allah menuliskan keridhaan-Nya kepadanya hingga hari pertemuan dengan-Nya karena kalimat tersebut. Begitu pula, sesungguhnya salah seorang dari kalian benar-benar berbicara dengan kalimat (yang mendatangkan) kemurkaan Allah, tanpa menyangka apa yang dicapai kalimat itu, sehingga Allah menuliskan kemurkaan-Nya kepadanya hingga hari pertemuan dengan-Nya karena kalimat tersebut.” (HR. Tirmidzi no.2319)

Betapa banyak kebahagiaan terjalin berawal dari mulut karena mulut mengeluarkan kalimat keindahan yang mewakili keindahan nama-nama Allah.

Begitu pula sebaliknya banyak terjadi kesalah pahaman antara makhluk Allah yang dilatar belakangi mulut kita tak terjaga.

Sebaiknya gunakan mulut kita untuk menyampaikan kata-kata santun yang dicintai Allah apalagi di era digitalisasi mulut kita tidak hanya dalam bentuk fisik tetapi status facebook, twitt, dan tulisan kita di web maupun dikaskus merupakan mulut kita juga.

kita perlu merenungi terhadap perbuatan dari lisan-lisan kita, betapa sering lisan-lisan kita terlalu mudah, dan tergesa-gesa untuk mencela ( mengecap atau memvonis buruk ) seorang atau suatu hal yang kita tidak tau hakikatnya, seorang atau hal itu adalah baik di sisi ALAH S.W.T

Maka sepatutnya kita lebih berhati-hati dalam berkomentar, karena sesungguhnya apa yang di ucapkan oleh lisan akan kita pertanggung jawabkan pada hari penghisaban kelak.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan di minta pertanggung jawabannya.” ( Q.s Al-isra’ : 36 )

Hindarilah sindir menyindir kepada teman tersebut, bisa jadi, maksud hati menasihati, justru mencela, memaki dan timbulnya riya. Terlebih lagi, bila teman yang lain mengerti apa yang terjadi dan yang kita maksudkan. Akan timbul prasangka dan banyak tanda Tanya yang menimbulkan duga menduga.

Umar bin khathtab berkata :
“Jangan menyangka buruk terhadap saudaramu apabila masih mungkin di maknai dengan makna yang baik”.

Jadi bisa disimpulkan orang berpendidikan pun belum tentu mau dan berhasil menjaga mulut mereka.

Kenapa banyak orang berpendidikan tapi tidak bisa menjaga mulut mereka ?

Malah status sebagai orang berpendidikan makin membuat makhluk lain semakin tersakiti?

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya ? Maka siapakah yang akan memmberi petunjuk sesudah Allah ( membiarkannya sesat ) maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ?
( Q.s Al-jaatsiyah : 23 )

Mau tahu apa penyebabnya??

“Belum dekatnya hati dan pikiran kita pada Allah”.

Jika hamba Allah sudah dekat dengan Allah sungguh betapa takutnya mereka untuk mengeluarkan kata-kata tidak mengandung keindahan jangan untuk mengeluarkan terbesit atau terniat pun tidak ada. Orang yang dekat dengan Allah tidak akan mau membalas mulut dengan mulut, mereka lebih banyak diam dan berdoa pada Allah azza wa jalla agar dia terjaga dari segala yang tidak dicintai Allah karena dia tahu mulut sangat berbisa dan tajam maknanya.

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaaf: 18)

Sungguh, pada hari kiamat nanti,
Ada seorang hamba yang datang membawa berbagai kebaikan sebesar gunung, tetapi dia mendapatkan lisannya telah menghancurkan semua itu.

Ada pula yang datang membawa berbagai keburukan sebesar gunung, namun dia mendapati lisannya telah menghancurkan semua itu, yaitu dengan banyak berdzikir kepada Allah dan hal hal yang semisalnya.

wallahu a’lam

“Sumber : Line @Teladan Rasulullah”